Pelajaran 4 - Gereja Perjanjian Baru
LAMAN UTAMA | PEL. 5
Pendahuluan
Salah satu kenyataan yang paling mengesankan yang diungkapkan dalam Perjanjian Baru adalah soal persatuan, dan dengan persatuan ini umat Kristen awal menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan. Mereka bersatu bukan hanya dalam penyembahan, tetapi juga dalam ajaran-ajaran yang mereka anut (Kisah Rasul 2:42, 46). Salah satu kenyataan yang klasik baik yang terdapat dalam sejarah dunia maupun sejarah Alkitab adalah bahwa di masa hidup para rasul, tidak ada otoritas yang terpisah-pisah dan semua umat Kristen yang setia bersatu dalam ikatan persaudaraan (1 Yohanes 1:17; 2 Korintus 6:18).
Kesatuan ini adalah satu-satunya ajaran yang diberikan oleh para rasul. Pada waktu Paulus pergi ke Roma misalnya, dia mengkhotbahkan ajaran yang sama seperti apa yang pernah dikhotbahkannya di Efesus, Korintus, Galatia dan seluruh penjuru dunia; karena itulah tidak ada otoritas yang terpisah-pisah (Kisah Rasul 15:36; Roma 15:19). Sama halnya dengan pengajar-pengajar lainnya. Oleh karena mereka dibimbing oleh Tuhan, mereka tidak pernah mengajarkan ajaran-ajaran yang saling bertentangan, sehingga dengan demikian mereka tidak membentuk aliran-aliran yang saling bertentangan (Yohanes 16:13; 14:26; 2 Timotius 3:16). Di dalam Perjanjian Baru tidak ada aliran-aliran, semuanya disebut dengan satu istilah yaitu Jemaat. Misalnya di dalam Kisah Rasul 2:47 kita baca “maka sehari-hari bilangannya itu ditambahi Tuhan dengan orang yang beroleh selamat.” Kemudian Yesus berkata, “...di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Inilah yang membedakan antara Jemaat Perjanjian Baru dengan jemaat-jemaat lainnya sekarang ini. Di dalam pelajaran selanjutnya kita akan melihat mengapa dan bagaimana aliran-aliran yang ribuan jumlahnya itu muncul. Tetapi, dalam pelajaran ini kita tidak akan mempelajari aliran-aliran modern tersebut dan perhatian kita akan kita curahkan pada Jemaat yang benar-benar ada pada zaman para rasul.
Persatuan Adalah Syarat Mutlak
Bukan secara kebetulan saja semua umat Kristen pada abad pertama itu bersatu . Persatuan ini adalah hasil dari doa yang diucapkan oleh Juruselamat dan ajaran yang mendalam dari para rasul. Di lantai atas, hanya beberapa jam sebelum Yesus menemui ajal-Nya, Dia berdoa agar pengikut-pengikut-Nya jangan sampai terpecah-belah menjadi berbagai aliran. Tentang para rasul, Dia berkata, “...bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:20, 21).
Seperti kesatuan Kristus dengan Allah, maka Yesus mengajarkan agar pengikut-pengikut-Nya pun bersatu.
Alasan Untuk Bersatu
Yesus berkata, salah satu alasan untuk bersatu adalah, “...supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:21). Alasan ini ternyata mengandung kebenaran dan terbukti dalam masyarakat-masyarakat yang tak terbilang jumlahnya di seluruh dunia. Di daerah-daerah yang luas, dimana biasa terjadi satu atau dua perhimpunan keagamaan, maka terdapatlah aliran-aliran kecil yang saling bertentangan hanya untuk menyokong seorang pendeta atau untuk mendirikan keagamaan. Di dalam dunia yang sedang menemui ajalnya ini, penghamburan uang dan usaha yang seperti ini yang seharusnya dikerahkan demi kemajuan Injil, harus mendapat perhatian dari setiap orang beragama.
Jika persatuan yang diinginkan oleh Tuhan dari umatNya benar-benar ada pada mereka yang menamakan dirinya umat Kristen, maka mungkin ada baiknya kalau empat dari lima orang pemberita Injil yang ada di negara ini dikirim ke tempat-tempat lain di dunia ini. Persatuan ini mungkin dapat diciptakan sekarang kalau kita semua kembali kepada pola Perjanjian Baru yang digariskan oleh Kristus dan rasul-rasulNya.
Bukti Persatuan
Supaya kita benar-benar mengenal Jemaat Perjanjian Baru, berikut ini diberikan beberapa surat yang langsung berbicara mengenai persatuan agama. Seperti yang dapat kita lihat dari surat-surat tersebut, maka jelaslah Kitab Suci mengatakan bahwa Kristus sama sekali tidak menciptakan adanya penggandaan aliran pengajaran maupun doktrin, tetapi seluruh umat Kristen di abad pertama merupakan bagian dari satu tubuh yang benar yaitu Jemaat.
Kolose 1:18: “...dan Ialah yang menjadi kepala tubuh, yaitu Jemaat .”
Efesus 1:22, 23: “...dijadikanlah Dia kepala atas segala sesuatu hal Jemaat.”
Efesus 4:4, 5: “...satu tubuh dan satu Roh seperti yang sudah kamu dipanggil didalam satu pengharapan...”
Efesus 5:23: “...Kristus juga menjadi kepala kepada Jemaat,maka Ialah yang menyelamatkan tubuh itu.”
1 Koritus 12:13: “Karena didalam satu Roh juga kita sekalian dibaptiskan menjadi satu tubuh, baik orang Yahudi, baik orang Yunani...”
1 Korintus 1:10: “Hai saudara-saudaraKu, aku mintalah kamu dengan nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu sekalian menjadi sepakat, dan jangan kamu bepihak-pihak diantara kamu...”
Matius 16:18: “ ...di atas batu ini Aku akan membangun JemaatKu, dan segala pintu alam mautpun tiada akan dapat mengalahkannya.”
Kisah Rasul 2:47: “Maka sehari-hari bilangan itu ditambahi Tuhan dengan orang yang beroleh selamat.”
Kata Gereja atau Jemaat yang disebut dalam seluruh Kitab Suci adalah dalam bentuk tunggal. Surat-surat lainnya: Kisah Rasul 12:1; 1 Korintus 12:28; Galatia 1:13; Ef.esus 3:10, 21; 5:32.
Kata Jemaat-jemaat (jamak) yang terdapat dalam Kitab Suci hanya dipergunakan untuk perhimpunan-perhimpunan orang-orang percaya di daerah-daerah, misalnya “Jemaat-jemaat di Galatia” (Galatia 1:1) atau “tujuh Jemaat yang ada di Asia” (Wahyu 1:4). Paulus memakai cara ini di dalam 1 Korintus 4:17.
Beberapa orang berpendapat bahwa Yesus mengizinkan bermacam-macam bentuk jemaat waktu Dia mengucapkan “Aku inilah pokok anggur yang benar, dan kamulah carang-carangnya ...” (Yohanes15:5, 6). Setiap pembaca yang tidak berprasangka akan berpendapat sebaliknya. Apa yang tersirat di dalamnya (dalam hubungannya dengan ayat-ayat terdahulu dan sesudahnya) jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Yesus adalah para pengikut bersatu semua dalam Kristus dan tidak termasuk dalam aliran-aliran. Ketidakbenaran pandangan ini lebih jelas dapat dibuktikan dengan tidak adanya satu aliran pun, baik Protestan maupun Katolik, yang digambarkan dalam Kitab Suci selama abad pertama Perjanjian Baru.
Kalau kita membaca surat-surat ini dan surat lainnya, maka kita akan teringat lagi akan doa Yesus ketika Dia berdiri di bawah bayangan salib “...supaya mereka pun menjadi satu...” (Yohanes 17:21). Oleh karena itu, janganlah manusia berterima kasih kepada Tuhan karena begitu banyak gereja yang berbeda-beda sekarang ini.
Ciri-Ciri Jemaat Perjanjian Baru
Waktu Yesus mendirikan Jemaat-Nya, Dia memberikan beberapa ciri yang khas. Telah kita pelajari sebelumnya bahwa umat Kristen pada abad pertama semuanya turut serta dalam perjamuan suci pada hari pertama dalam minggu (hari Minggu), tidak ada alat musik dalam ibadah dan mereka dibaptis untuk membersihkan diri mereka dari dosa. Beberapa ciri khas lainnya juga dilukiskan dalam beberapa surat:
I. Tidak ada orang yang “bergabung” ke dalam Jemaat
Mereka yang taat kepada Injil di zaman Perjanjian Baru tak pernah berusaha untuk “bergabung” ke dalam Jemaat. Alasannya, waktu orang menerima penyucian dirinya dari segala dosa, maka Tuhan dengan segera menambahkan dia ke dalam Jemaat-Nya dan menyamakan seperti anggota lainnya dalam Jemaat itu. Hal ini tampak jelas ketika penulis Kisah Para Rasul berkata, “Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kisah Rasul 2:47).
Pemungutan suara untuk memasukkan atau mengeluarkan orang dari keanggotan Jemaat adalah cara yang sama sekali tidak ada dalam Jemaat abad pertama. Hal yang hampir sama dengan hal yang diterangkan ini, hanya terjadi dalam perbuatan terkutuk Dioterepes. Rasul Yohanes dengan tegas mengutuk perbuatan-perbuatan terkutuk yang dilukiskannya dalam kata-kata: “...ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang, yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat” (3 Yohanes 1:10). Hanya Tuhan, dan bukan manusia, yang menerima atau menolak seseorang itu masuk atau keluar dari jemaat.
II. Tidak ada ajaran manusia
Sifat lain dari Jemaat Perjanjian Baru ialah tidak terikatnya Jemaat ini oleh ajaran manusia, majalah-majalah gereja, atau tulisan-tulisan manusia lainnya, yaitu segala sesuatu yang tidak diilhami Tuhan. Pada abad pertama, anggota Jemaat Tuhan itu tidak mempunyai apa-apa kecuali Perjanjian Baru sebagai satu-satunya peraturan yang mengikat iman mereka. Tidak satu pun ajaran manusia yang pernah disebut dalam Kitab Suci. Tulisan pertama manusia seperti yang dimaksud ialah kredo Nicea, baru muncul setelah para rasul meninggal dunia ratusan tahun lamanya dan ditulis pada tahun 325 oleh sekelompok orang yang tidak diilhami Tuhan. Tulisan yang berjudul Ajaran Rasul sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan para rasul. Para ahli Alkitab sependapat bahwa kredo rasul ditulis ratusan tahun setelah zaman para rasul berlalu.
III. Kerendahan hati
Kerendahan hati adalah salah satu sifat yang kuat dari Jemaat Perjanjian Baru. Meskipun seorang pemberita Injil itu dihormati karena khotbah-khotbahnya yang baik, namun kedudukannya sama saja dengan anggota-angota jemaat lainnya, dengan demikian tidak dikenal adanya pemberita Injil yang istimewa. Dalam Lukas 22:25, 26 Yesus berkata, "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.”
** Lihat Frederick Giolow, Jr., Popular Outline of Church History, hal. 38,39.
** Lihat The Popular and Critical Bible Encyclopedia I, hal. 126.
Dalam Matius 23 Yesus mengutuk orang Farisi, karena memakai pakaian yang istimewa untuk menarik perhatian orang, karena menganggap diri mereka lebih penting, padahal mereka adalah pemimpin agama. Dan Yesus berkata, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga” (Matius 23:5-9).
Dengan keras kalimat yang terakhir ini mengutuk penggunaan kata bapa sebagai suatu panggilan dalam keagamaan. Tetapi dalam hubungan keluarga, perkataan ini boleh dipakai, misalnya kepada orang tua kita sendiri. Dan hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat dalam Kitab Suci “...hormatilah ibu-bapamu...” (Efesus 6:2; Kisah Rasul 16:3; 7:4). Apa yang dikutuk dalam Matius 23 adalah penggunaan kata bapa sebagai gelar keagaaman. Istilah “reverend”pun tidak pernah digunakan oleh mereka yang hidup di zaman rasul-rasul dan hanya digunakan untuk menunjukkan hormat kepada Tuhan (Mazmur 111:9).
Dalam Kisah Rasul 10 kita baca bahwa Petrus tidak memperkenankan orang untuk menyembah dia atau menunjukkan hormat yang berlebihan. Ketika Kornelius berlutut di kakinya, Petrus berkata, “Berdirilah, aku pun seorang manusia juga” (Kisah Rasul 10:25,26). Bahkan malaikat dari langit pun tidak menghendaki penghormatan yang semacam itu (Wahyu 19:10). Kerendahan hati yang demikian itu mempunyai nilai yang besar bagi Kristus.
Nama-Nama yang Dipakai Oleh Umat Tuhan
Ciri khas lainnya dari Jemaat Perjanjian Baru adalah nama-nama yang dipakai untuk umat Tuhan. Seringkali mereka disebut hanya dengan istilah Kristen (Kisah Para Rasul 11:26), akan tetapi tidak pernah digambarkan sebagai golongan Kristen yang mempunyai keistimewaan. Mereka juga disebut “anak-anak Tuhan” (Galatia 3:26). Umat Kristen sering mendapat julukan “orang-orang suci” (Roma 1:7). Harus diingat bahwa istilah ini bukan hanya untuk rasul yang istimewa dan yang telah meninggal dunia, tetapi ditujukan pada seluruh umat Kristen yang masih hidup juga. Dalam Yohanes 15:8 mereka disebut pengikut yang berarti murid. Mula-mula seluruh umat Kristen juga disebut imam. Istilah ini bukan ditujukan pada suatu kasta atau golongan dalam sidang, tapi pada seluruh umat Kristen di seluruh penjuru dunia (1 Petrus 2:5-9). Setiap umat adalah imam dalam arti: setiap orang bisa memanjatkan doanya kepada Tuhan melalui Yesus Kristus (1 Timotius 2:5) dan dapat memberikan korban hidup melalui pengabdian mereka (Roma 12:1). Oleh karena semuanya diperintahkan untuk bersikap rendah hati, mereka juga disebut saudara (Galatia 6:1).
Dalam zaman Perjanjian Baru, Jemaat tidak mempunyai nama tersendiri, kecuali memakai nama Tuhan. Dalam kitab Roma kita baca “Jemaat Kristus memberi salam padamu....” (Roma 16:16). Perkataan ini bukanlah gelar, melainkan hanya panggilan saja, sama halnya kalau kita mengatakan topi Johanes atau rumah Daud (Lukas 1:27). Jadi kata-kata atau panggilan-panggilan ini adalah gambaran dari suatu kenyataan bahwa gereja itu milik Kristus dan bukan hanya merupakan titel belaka.
Nama manusia tidak pernah dipakai untuk nama Jemaat, kadang-kadang hanya disebut “Jemaat Allah,” yang berarti bahwa Jemaat ini pada dasarnya benar-benar milik Allah (1 Korintus 1:2; Yohanes 20:28). Yesus menyebutnya Jemaat-Ku (Matius 16:18). Beberapa nama lain juga dipakai, misalnya tubuh Kristus dan keluarga Allah (Kolose 1:24, 1 Timotius 3:15). Istilah-istilah ini tidak ada cacatnya, karena memang Yesuslah yang mendirikannya dan yang menebusnya (Matius 16:18; Kisah Rasul 20:28).
Nama Kristus itu sangat penting dan hal itu ditekankan dalam kitab Kolose. “Dan barang apa yang kamu perbuat baik dengan perkataan atau pekerjaan, hendaklah sekaliannya itu dengan nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah, yaitu Bapa oleh-Nya itu” (Kolose 3:17).
Form Ujian
Pelajaran 4 - Gereja Perjanjian Baru
Pendahuluan
Salah satu kenyataan yang paling mengesankan yang diungkapkan dalam Perjanjian Baru adalah soal persatuan, dan dengan persatuan ini umat Kristen awal menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan. Mereka bersatu bukan hanya dalam penyembahan, tetapi juga dalam ajaran-ajaran yang mereka anut (Kisah Rasul 2:42, 46). Salah satu kenyataan yang klasik baik yang terdapat dalam sejarah dunia maupun sejarah Alkitab adalah bahwa di masa hidup para rasul, tidak ada otoritas yang terpisah-pisah dan semua umat Kristen yang setia bersatu dalam ikatan persaudaraan (1 Yohanes 1:17; 2 Korintus 6:18).
Kesatuan ini adalah satu-satunya ajaran yang diberikan oleh para rasul. Pada waktu Paulus pergi ke Roma misalnya, dia mengkhotbahkan ajaran yang sama seperti apa yang pernah dikhotbahkannya di Efesus, Korintus, Galatia dan seluruh penjuru dunia; karena itulah tidak ada otoritas yang terpisah-pisah (Kisah Rasul 15:36; Roma 15:19). Sama halnya dengan pengajar-pengajar lainnya. Oleh karena mereka dibimbing oleh Tuhan, mereka tidak pernah mengajarkan ajaran-ajaran yang saling bertentangan, sehingga dengan demikian mereka tidak membentuk aliran-aliran yang saling bertentangan (Yohanes 16:13; 14:26; 2 Timotius 3:16). Di dalam Perjanjian Baru tidak ada aliran-aliran, semuanya disebut dengan satu istilah yaitu Jemaat. Misalnya di dalam Kisah Rasul 2:47 kita baca “maka sehari-hari bilangannya itu ditambahi Tuhan dengan orang yang beroleh selamat.” Kemudian Yesus berkata, “...di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Inilah yang membedakan antara Jemaat Perjanjian Baru dengan jemaat-jemaat lainnya sekarang ini. Di dalam pelajaran selanjutnya kita akan melihat mengapa dan bagaimana aliran-aliran yang ribuan jumlahnya itu muncul. Tetapi, dalam pelajaran ini kita tidak akan mempelajari aliran-aliran modern tersebut dan perhatian kita akan kita curahkan pada Jemaat yang benar-benar ada pada zaman para rasul.
Persatuan Adalah Syarat Mutlak
Bukan secara kebetulan saja semua umat Kristen pada abad pertama itu bersatu . Persatuan ini adalah hasil dari doa yang diucapkan oleh Juruselamat dan ajaran yang mendalam dari para rasul. Di lantai atas, hanya beberapa jam sebelum Yesus menemui ajal-Nya, Dia berdoa agar pengikut-pengikut-Nya jangan sampai terpecah-belah menjadi berbagai aliran. Tentang para rasul, Dia berkata, “...bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:20, 21).
Seperti kesatuan Kristus dengan Allah, maka Yesus mengajarkan agar pengikut-pengikut-Nya pun bersatu.
Alasan Untuk Bersatu
Yesus berkata, salah satu alasan untuk bersatu adalah, “...supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:21). Alasan ini ternyata mengandung kebenaran dan terbukti dalam masyarakat-masyarakat yang tak terbilang jumlahnya di seluruh dunia. Di daerah-daerah yang luas, dimana biasa terjadi satu atau dua perhimpunan keagamaan, maka terdapatlah aliran-aliran kecil yang saling bertentangan hanya untuk menyokong seorang pendeta atau untuk mendirikan keagamaan. Di dalam dunia yang sedang menemui ajalnya ini, penghamburan uang dan usaha yang seperti ini yang seharusnya dikerahkan demi kemajuan Injil, harus mendapat perhatian dari setiap orang beragama.
Jika persatuan yang diinginkan oleh Tuhan dari umatNya benar-benar ada pada mereka yang menamakan dirinya umat Kristen, maka mungkin ada baiknya kalau empat dari lima orang pemberita Injil yang ada di negara ini dikirim ke tempat-tempat lain di dunia ini. Persatuan ini mungkin dapat diciptakan sekarang kalau kita semua kembali kepada pola Perjanjian Baru yang digariskan oleh Kristus dan rasul-rasulNya.
Bukti Persatuan
Supaya kita benar-benar mengenal Jemaat Perjanjian Baru, berikut ini diberikan beberapa surat yang langsung berbicara mengenai persatuan agama. Seperti yang dapat kita lihat dari surat-surat tersebut, maka jelaslah Kitab Suci mengatakan bahwa Kristus sama sekali tidak menciptakan adanya penggandaan aliran pengajaran maupun doktrin, tetapi seluruh umat Kristen di abad pertama merupakan bagian dari satu tubuh yang benar yaitu Jemaat.
Kolose 1:18: “...dan Ialah yang menjadi kepala tubuh, yaitu Jemaat .”
Efesus 1:22, 23: “...dijadikanlah Dia kepala atas segala sesuatu hal Jemaat.”
Efesus 4:4, 5: “...satu tubuh dan satu Roh seperti yang sudah kamu dipanggil didalam satu pengharapan...”
Efesus 5:23: “...Kristus juga menjadi kepala kepada Jemaat,maka Ialah yang menyelamatkan tubuh itu.”
1 Koritus 12:13: “Karena didalam satu Roh juga kita sekalian dibaptiskan menjadi satu tubuh, baik orang Yahudi, baik orang Yunani...”
1 Korintus 1:10: “Hai saudara-saudaraKu, aku mintalah kamu dengan nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu sekalian menjadi sepakat, dan jangan kamu bepihak-pihak diantara kamu...”
Matius 16:18: “ ...di atas batu ini Aku akan membangun JemaatKu, dan segala pintu alam mautpun tiada akan dapat mengalahkannya.”
Kisah Rasul 2:47: “Maka sehari-hari bilangan itu ditambahi Tuhan dengan orang yang beroleh selamat.”
Kata Gereja atau Jemaat yang disebut dalam seluruh Kitab Suci adalah dalam bentuk tunggal. Surat-surat lainnya: Kisah Rasul 12:1; 1 Korintus 12:28; Galatia 1:13; Ef.esus 3:10, 21; 5:32.
Kata Jemaat-jemaat (jamak) yang terdapat dalam Kitab Suci hanya dipergunakan untuk perhimpunan-perhimpunan orang-orang percaya di daerah-daerah, misalnya “Jemaat-jemaat di Galatia” (Galatia 1:1) atau “tujuh Jemaat yang ada di Asia” (Wahyu 1:4). Paulus memakai cara ini di dalam 1 Korintus 4:17.
Beberapa orang berpendapat bahwa Yesus mengizinkan bermacam-macam bentuk jemaat waktu Dia mengucapkan “Aku inilah pokok anggur yang benar, dan kamulah carang-carangnya ...” (Yohanes15:5, 6). Setiap pembaca yang tidak berprasangka akan berpendapat sebaliknya. Apa yang tersirat di dalamnya (dalam hubungannya dengan ayat-ayat terdahulu dan sesudahnya) jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Yesus adalah para pengikut bersatu semua dalam Kristus dan tidak termasuk dalam aliran-aliran. Ketidakbenaran pandangan ini lebih jelas dapat dibuktikan dengan tidak adanya satu aliran pun, baik Protestan maupun Katolik, yang digambarkan dalam Kitab Suci selama abad pertama Perjanjian Baru.
Kalau kita membaca surat-surat ini dan surat lainnya, maka kita akan teringat lagi akan doa Yesus ketika Dia berdiri di bawah bayangan salib “...supaya mereka pun menjadi satu...” (Yohanes 17:21). Oleh karena itu, janganlah manusia berterima kasih kepada Tuhan karena begitu banyak gereja yang berbeda-beda sekarang ini.
Ciri-Ciri Jemaat Perjanjian Baru
Waktu Yesus mendirikan Jemaat-Nya, Dia memberikan beberapa ciri yang khas. Telah kita pelajari sebelumnya bahwa umat Kristen pada abad pertama semuanya turut serta dalam perjamuan suci pada hari pertama dalam minggu (hari Minggu), tidak ada alat musik dalam ibadah dan mereka dibaptis untuk membersihkan diri mereka dari dosa. Beberapa ciri khas lainnya juga dilukiskan dalam beberapa surat:
I. Tidak ada orang yang “bergabung” ke dalam Jemaat
Mereka yang taat kepada Injil di zaman Perjanjian Baru tak pernah berusaha untuk “bergabung” ke dalam Jemaat. Alasannya, waktu orang menerima penyucian dirinya dari segala dosa, maka Tuhan dengan segera menambahkan dia ke dalam Jemaat-Nya dan menyamakan seperti anggota lainnya dalam Jemaat itu. Hal ini tampak jelas ketika penulis Kisah Para Rasul berkata, “Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kisah Rasul 2:47).
Pemungutan suara untuk memasukkan atau mengeluarkan orang dari keanggotan Jemaat adalah cara yang sama sekali tidak ada dalam Jemaat abad pertama. Hal yang hampir sama dengan hal yang diterangkan ini, hanya terjadi dalam perbuatan terkutuk Dioterepes. Rasul Yohanes dengan tegas mengutuk perbuatan-perbuatan terkutuk yang dilukiskannya dalam kata-kata: “...ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang, yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat” (3 Yohanes 1:10). Hanya Tuhan, dan bukan manusia, yang menerima atau menolak seseorang itu masuk atau keluar dari jemaat.
II. Tidak ada ajaran manusia
Sifat lain dari Jemaat Perjanjian Baru ialah tidak terikatnya Jemaat ini oleh ajaran manusia, majalah-majalah gereja, atau tulisan-tulisan manusia lainnya, yaitu segala sesuatu yang tidak diilhami Tuhan. Pada abad pertama, anggota Jemaat Tuhan itu tidak mempunyai apa-apa kecuali Perjanjian Baru sebagai satu-satunya peraturan yang mengikat iman mereka. Tidak satu pun ajaran manusia yang pernah disebut dalam Kitab Suci. Tulisan pertama manusia seperti yang dimaksud ialah kredo Nicea, baru muncul setelah para rasul meninggal dunia ratusan tahun lamanya dan ditulis pada tahun 325 oleh sekelompok orang yang tidak diilhami Tuhan. Tulisan yang berjudul Ajaran Rasul sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan para rasul. Para ahli Alkitab sependapat bahwa kredo rasul ditulis ratusan tahun setelah zaman para rasul berlalu.
III. Kerendahan hati
Kerendahan hati adalah salah satu sifat yang kuat dari Jemaat Perjanjian Baru. Meskipun seorang pemberita Injil itu dihormati karena khotbah-khotbahnya yang baik, namun kedudukannya sama saja dengan anggota-angota jemaat lainnya, dengan demikian tidak dikenal adanya pemberita Injil yang istimewa. Dalam Lukas 22:25, 26 Yesus berkata, "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.”
** Lihat Frederick Giolow, Jr., Popular Outline of Church History, hal. 38,39.
** Lihat The Popular and Critical Bible Encyclopedia I, hal. 126.
Dalam Matius 23 Yesus mengutuk orang Farisi, karena memakai pakaian yang istimewa untuk menarik perhatian orang, karena menganggap diri mereka lebih penting, padahal mereka adalah pemimpin agama. Dan Yesus berkata, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga” (Matius 23:5-9).
Dengan keras kalimat yang terakhir ini mengutuk penggunaan kata bapa sebagai suatu panggilan dalam keagamaan. Tetapi dalam hubungan keluarga, perkataan ini boleh dipakai, misalnya kepada orang tua kita sendiri. Dan hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat dalam Kitab Suci “...hormatilah ibu-bapamu...” (Efesus 6:2; Kisah Rasul 16:3; 7:4). Apa yang dikutuk dalam Matius 23 adalah penggunaan kata bapa sebagai gelar keagaaman. Istilah “reverend”pun tidak pernah digunakan oleh mereka yang hidup di zaman rasul-rasul dan hanya digunakan untuk menunjukkan hormat kepada Tuhan (Mazmur 111:9).
Dalam Kisah Rasul 10 kita baca bahwa Petrus tidak memperkenankan orang untuk menyembah dia atau menunjukkan hormat yang berlebihan. Ketika Kornelius berlutut di kakinya, Petrus berkata, “Berdirilah, aku pun seorang manusia juga” (Kisah Rasul 10:25,26). Bahkan malaikat dari langit pun tidak menghendaki penghormatan yang semacam itu (Wahyu 19:10). Kerendahan hati yang demikian itu mempunyai nilai yang besar bagi Kristus.
Nama-Nama yang Dipakai Oleh Umat Tuhan
Ciri khas lainnya dari Jemaat Perjanjian Baru adalah nama-nama yang dipakai untuk umat Tuhan. Seringkali mereka disebut hanya dengan istilah Kristen (Kisah Para Rasul 11:26), akan tetapi tidak pernah digambarkan sebagai golongan Kristen yang mempunyai keistimewaan. Mereka juga disebut “anak-anak Tuhan” (Galatia 3:26). Umat Kristen sering mendapat julukan “orang-orang suci” (Roma 1:7). Harus diingat bahwa istilah ini bukan hanya untuk rasul yang istimewa dan yang telah meninggal dunia, tetapi ditujukan pada seluruh umat Kristen yang masih hidup juga. Dalam Yohanes 15:8 mereka disebut pengikut yang berarti murid. Mula-mula seluruh umat Kristen juga disebut imam. Istilah ini bukan ditujukan pada suatu kasta atau golongan dalam sidang, tapi pada seluruh umat Kristen di seluruh penjuru dunia (1 Petrus 2:5-9). Setiap umat adalah imam dalam arti: setiap orang bisa memanjatkan doanya kepada Tuhan melalui Yesus Kristus (1 Timotius 2:5) dan dapat memberikan korban hidup melalui pengabdian mereka (Roma 12:1). Oleh karena semuanya diperintahkan untuk bersikap rendah hati, mereka juga disebut saudara (Galatia 6:1).
Dalam zaman Perjanjian Baru, Jemaat tidak mempunyai nama tersendiri, kecuali memakai nama Tuhan. Dalam kitab Roma kita baca “Jemaat Kristus memberi salam padamu....” (Roma 16:16). Perkataan ini bukanlah gelar, melainkan hanya panggilan saja, sama halnya kalau kita mengatakan topi Johanes atau rumah Daud (Lukas 1:27). Jadi kata-kata atau panggilan-panggilan ini adalah gambaran dari suatu kenyataan bahwa gereja itu milik Kristus dan bukan hanya merupakan titel belaka.
Nama manusia tidak pernah dipakai untuk nama Jemaat, kadang-kadang hanya disebut “Jemaat Allah,” yang berarti bahwa Jemaat ini pada dasarnya benar-benar milik Allah (1 Korintus 1:2; Yohanes 20:28). Yesus menyebutnya Jemaat-Ku (Matius 16:18). Beberapa nama lain juga dipakai, misalnya tubuh Kristus dan keluarga Allah (Kolose 1:24, 1 Timotius 3:15). Istilah-istilah ini tidak ada cacatnya, karena memang Yesuslah yang mendirikannya dan yang menebusnya (Matius 16:18; Kisah Rasul 20:28).
Nama Kristus itu sangat penting dan hal itu ditekankan dalam kitab Kolose. “Dan barang apa yang kamu perbuat baik dengan perkataan atau pekerjaan, hendaklah sekaliannya itu dengan nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah, yaitu Bapa oleh-Nya itu” (Kolose 3:17).
Sampai di sini Anda telah selesai membaca dan mempelajari seluruh "Pelajaran 4 - Gereja Perjanjian Baru" ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelajaran ini secara online, silakan klik link form berikut ini.
Form Ujian

SABDA INJIL