Pelajaran Empat: Keselamatan - Kebutuhan Kita dan Sumbernya
LAMAN UTAMA | PEL. 5
Semua orang yang bertanggung jawab berdiri sebagai orang-orang berdosa di hadapan Allah (Roma 3:9, 23; 1 Yohanes 1:8). Dosa, sebagaimana diartikan oleh Alkitab, adalah:
Semua kejahatan (1 Yohanes 5:17). Karena Alkitab menyatakan kebenaran (Roma 1:16), ketika seseorang mempraktekkan kejahatan, maka dia melakukan apa yang bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Pelanggaran hukum (1 Yohanes 3:4). Hukum Allah saat ini adalah Injil Kristus, “hukum-Nya yang sempurna yang memerdekakan” (Yakobus 1:25). Pelanggaran hukum adalah tindakan tanpa otoritas hukum – hidup dalam pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum Allah adalah dosa.
Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman (Roma 14:23). Iman datang dari pendengaran akan firman Allah (Roma 10:17). Segala sesuatu yang “tidak berdasarkan iman” adalah segala sesuatu yang tidak diperintahkan dalam Alkitab. Seseorang yang melakukan hal-hal yang tidak diotoritaskan oleh Alkitab jelas berbuat dosa.
Tidak melakukan yang baik (Yakobus 4:17). Dalam Alkitab Allah telah menunjukkan kepada manusia apa yang baik (Mikha 6:8). Jika seseorang tahu bahwa dia harus melakukan apa yang dikehendaki Allah tetapi tidak melakukannya, dia berdosa.
Tragedi Dosa
Tragedi dosa adalah apa yang memisahkan orang berdosa dari Allah. Allah tidak dapat berasosiasi dengan dosa maupun dengan orang yang terlibat dalam dosa (Yesaya 59:1-2).
Terpisah dari Allah, orang berdosa hilang dan sendirian tanpa pengharapan penebusan dan ditakdirkan untuk menerima kematian rohani sebagai upah dosa (Roma 6:23).
Kemurahan Allah
Allah itu penuh belas kasihan, baik, pemurah, dan kasih, memperhatikan keadaan buruk orang berdosa dan mau memberi pertolongan. Karena Allah tahu manusia tidak mampu menghapus dosanya sendiri, maka Dia memberikan kepada manusia pertolongan Ilahi (Yeremia 10:23; Amsal 14:12). Hanya Allah yang memiliki hikmat dan kuasa untuk memberikan keselamatan dan menunjukkan kasih sepenuhnya yang tersedia bagi semua manusia. Dia mengaruniakan Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagai korban penghapus dosa, untuk membayar lunas harga bagi dosa-dosa manusia supaya tidak seorang pun binasa karena dosa-dosanya, melainkan dapat diselamatkan dari dosa (Galatia 4:4; Yohanes 3:16; Matius 1:21).
Allah telah menyatakan rencana-Nya untuk keselamatan manusia di dalam Alkitab, Firman yang diilhami-Nya. Rasul Petrus, yang menulis firman itu berkata, “Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh” (2 Petrus 1:3). Oleh karena itu, jika seseorang ingin memperoleh kehidupan yang kekal, dia harus belajar dan menerapkan hal-hal yang telah dinyatakan tentang kehidupan dan kesalehan itu di dalam firman-Nya.
Tanggung Jawab Manusia Terhadap Firman
Kemudian, semua orang memiliki tanggung jawab untuk membaca, percaya, dan menaati firman Allah untuk keselamatan mereka masing-masing (Filipi 2:12). Tidak ada seorang pun yang ingin selamat dapat menutup kedua telinganya untuk mendengar suara Allah ketika Dia berbicara di dalam Alkitab (1 Korintus 2:10-12; Ibrani 1:1-2).
Tetapi bagi sebagian orang, Alkitab menimbulkan masalah ketimbang menyediakan solusi karena mereka gagal untuk mempelajarinya dengan benar. Sebagian orang hanya melewatinya dengan sembarangan, secara acak memilih ayat-ayat Alkitab keluar dari konteksnya dan salah menerapkan. Sebagian orang memiliki prasangka sebelum membaca Alkitab. Mereka mencoba untuk membuktikan pandangan dan sikap prejudis mereka. Yang lain tidak membuat perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka mencoba untuk mengikat hal-hal dari Perjanjian Lama yang tidak berlaku lagi sekarang ini.
Bagaimana Memahami Firman Allah?
Untuk memahami kebenaran Alkitab dengan benar:
Ayat-ayat Alkitab tidak boleh digunakan di luar konteksnya. Konteks adalah “seluruh bagian dari suatu uraian terhadap sebuah kata atau ayat yang dapat menjelaskan maknanya” (Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, Springfield, Mass: G. & C. Merriam Co., 1967, p. 180). Firman Allah harus “dipilah dengan benar” (2 Timotius 2:15), yaitu, harus dipelajari dan diterapkan secara akurat.
Seseorang harus menemukan dan menerapkan semua yang diajarkan Alkitab tentang perkara apa pun. Untuk mengetahui dengan tepat apa yang Allah inginkan untuk dilakukan oleh seseorang dalam perkara apa pun, dia harus menemukan segala hal yang difirmankan Allah tentang subyek itu. Seseorang tidak dapat hanya mempertimbangkan satu bagian dari firman Allah tanpa mempertimbangkan bagian-bagian lain dari firman Allah yang membicarakan subyek perkara yang sama.
Seseorang harus selalu ingat untuk membedakan Perjanjian Lama dari Perjanjian Baru. 39 kitab Perjanjian Lama berisi dua perjanjian besar dari Allah. Kedua perjanjian itu memberikan pelajaran dan contoh yang bernilai bagi kita tetapi tidak mengikat kita. 27 kitab Perjanjian Baru berisi hukum Allah yang berlaku sekarang ini.
Injil: Hukum kita dari Allah
Dalam segala urusan Allah dengan umat manusia, ada tiga periode dasar meliputi seluruh keberadaan manusia. Dalam setiap periode, ada hukum masing-masing dari Allah yang berlaku.
Pada periode pertama, zaman Bapa-bapa, tidak ada hukum tertulis dari Allah. Dia secara lisan menyatakan kehendak-Nya kepada bapa-bapa (yang darinya muncul istilah “patriakh”). Pada gilirannya, mereka mengajar keluarga mereka, menurunkan hukum dari generasi ke generasi. Abraham adalah salah satu contoh orang yang hidup pada periode ini (Kejadian 18:19). Hukum patriakh ini berlaku bagi semua manusia hingga bani Israel menjadi umat pilihan Allah. Dia memberikan sebuah hukum yang hanya terbatas kepada mereka saja, sementara bangsa-bangsa lain di dunia terus berada di bawah sistem patriakh. Hanya orang Yahudi yang bertanggung jawab kepada hukum yang diberikan kepada mereka melalui Musa. Hukum itu secara beragam disebut sebagai Taurat Musa, Hukum Yahudi, atau Hukum Lama.
Kedua sistem ini tetap berlaku bagi orang-orang yang dimaksudkan hingga Kristus mati di kayu salib. Kematian-Nya mengesahkan kehendak atau perjanjian-Nya, Injil. Ayat-ayat seperti Galatia 3:19; Kolose 2:14; Ibrani 8:13; dan Matius 5:17 menunjukkan bahwa Yesus telah menggenapi Hukum Lama, menghapusnya, supaya menegakkan hukum-Nya yang baru (Roma 7:1-4).
Ibrani 1:1-2 berkata, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.”
Karena kepada-Nya telah diberi segala kuasa (Matius 28:18), maka semua orang sekarang harus bertanggung jawab terhadap hukum yang telah diberikan oleh Kristus, yaitu Injil (lihat Efesus 2:14-16). Di dalamnya Dia telah menyatakan syarat keselamatan manusia. Di dalamnya ada kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Roma 1:16). Injil disahkan oleh kematian-Nya (Ibrani 9:14-17) dan pertama kali diberitakan oleh Petrus dan rasul-rasul lainnya (Kisah Para Rasul 2), Injil harus diberitakan ke seluruh dunia (Markus 16:15) karena semua orang perlu menaatinya.
Mencoba untuk mengikat hal-hal sekarang ini dengan Hukum Lama adalah sebuah kesalahan yang mematikan. Sebagian orang, yang hidup di zaman Perjanjian Baru, yang mencoba untuk melakukannya, ditegur secara tegas (Kisah Para Rasul 15:1-2; Galatia 3:1dst; 5:4).
Untuk memahami apa yang perlu dia lakukan untuk selamat, seseorang harus melihat pada hukum Kristus dan mendengarkan perkataan-Nya, Perjanjian Baru. Seseorang tidak dapat mengajukan banding kepada Hukum Lama untuk mencari syarat-syarat keselamatan. Hukum lama berguna untuk pelajaran (Roma 15:4), tetapi tidak ada orang sekarang ini yang bertanggung jawab terhadap perintah-perintahnya. Hukum lama tidak berisi syarat-syarat keselamatan. Hukum baru, Injil, berisi syarat-syarat keselamatan.
Form Ujian
Semua orang yang bertanggung jawab berdiri sebagai orang-orang berdosa di hadapan Allah (Roma 3:9, 23; 1 Yohanes 1:8). Dosa, sebagaimana diartikan oleh Alkitab, adalah:
Semua kejahatan (1 Yohanes 5:17). Karena Alkitab menyatakan kebenaran (Roma 1:16), ketika seseorang mempraktekkan kejahatan, maka dia melakukan apa yang bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Pelanggaran hukum (1 Yohanes 3:4). Hukum Allah saat ini adalah Injil Kristus, “hukum-Nya yang sempurna yang memerdekakan” (Yakobus 1:25). Pelanggaran hukum adalah tindakan tanpa otoritas hukum – hidup dalam pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum Allah adalah dosa.
Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman (Roma 14:23). Iman datang dari pendengaran akan firman Allah (Roma 10:17). Segala sesuatu yang “tidak berdasarkan iman” adalah segala sesuatu yang tidak diperintahkan dalam Alkitab. Seseorang yang melakukan hal-hal yang tidak diotoritaskan oleh Alkitab jelas berbuat dosa.
Tidak melakukan yang baik (Yakobus 4:17). Dalam Alkitab Allah telah menunjukkan kepada manusia apa yang baik (Mikha 6:8). Jika seseorang tahu bahwa dia harus melakukan apa yang dikehendaki Allah tetapi tidak melakukannya, dia berdosa.
Tragedi Dosa
Tragedi dosa adalah apa yang memisahkan orang berdosa dari Allah. Allah tidak dapat berasosiasi dengan dosa maupun dengan orang yang terlibat dalam dosa (Yesaya 59:1-2).
Terpisah dari Allah, orang berdosa hilang dan sendirian tanpa pengharapan penebusan dan ditakdirkan untuk menerima kematian rohani sebagai upah dosa (Roma 6:23).
Kemurahan Allah
Allah itu penuh belas kasihan, baik, pemurah, dan kasih, memperhatikan keadaan buruk orang berdosa dan mau memberi pertolongan. Karena Allah tahu manusia tidak mampu menghapus dosanya sendiri, maka Dia memberikan kepada manusia pertolongan Ilahi (Yeremia 10:23; Amsal 14:12). Hanya Allah yang memiliki hikmat dan kuasa untuk memberikan keselamatan dan menunjukkan kasih sepenuhnya yang tersedia bagi semua manusia. Dia mengaruniakan Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagai korban penghapus dosa, untuk membayar lunas harga bagi dosa-dosa manusia supaya tidak seorang pun binasa karena dosa-dosanya, melainkan dapat diselamatkan dari dosa (Galatia 4:4; Yohanes 3:16; Matius 1:21).
Allah telah menyatakan rencana-Nya untuk keselamatan manusia di dalam Alkitab, Firman yang diilhami-Nya. Rasul Petrus, yang menulis firman itu berkata, “Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh” (2 Petrus 1:3). Oleh karena itu, jika seseorang ingin memperoleh kehidupan yang kekal, dia harus belajar dan menerapkan hal-hal yang telah dinyatakan tentang kehidupan dan kesalehan itu di dalam firman-Nya.
Tanggung Jawab Manusia Terhadap Firman
Kemudian, semua orang memiliki tanggung jawab untuk membaca, percaya, dan menaati firman Allah untuk keselamatan mereka masing-masing (Filipi 2:12). Tidak ada seorang pun yang ingin selamat dapat menutup kedua telinganya untuk mendengar suara Allah ketika Dia berbicara di dalam Alkitab (1 Korintus 2:10-12; Ibrani 1:1-2).
Tetapi bagi sebagian orang, Alkitab menimbulkan masalah ketimbang menyediakan solusi karena mereka gagal untuk mempelajarinya dengan benar. Sebagian orang hanya melewatinya dengan sembarangan, secara acak memilih ayat-ayat Alkitab keluar dari konteksnya dan salah menerapkan. Sebagian orang memiliki prasangka sebelum membaca Alkitab. Mereka mencoba untuk membuktikan pandangan dan sikap prejudis mereka. Yang lain tidak membuat perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka mencoba untuk mengikat hal-hal dari Perjanjian Lama yang tidak berlaku lagi sekarang ini.
Bagaimana Memahami Firman Allah?
Untuk memahami kebenaran Alkitab dengan benar:
Ayat-ayat Alkitab tidak boleh digunakan di luar konteksnya. Konteks adalah “seluruh bagian dari suatu uraian terhadap sebuah kata atau ayat yang dapat menjelaskan maknanya” (Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, Springfield, Mass: G. & C. Merriam Co., 1967, p. 180). Firman Allah harus “dipilah dengan benar” (2 Timotius 2:15), yaitu, harus dipelajari dan diterapkan secara akurat.
Seseorang harus menemukan dan menerapkan semua yang diajarkan Alkitab tentang perkara apa pun. Untuk mengetahui dengan tepat apa yang Allah inginkan untuk dilakukan oleh seseorang dalam perkara apa pun, dia harus menemukan segala hal yang difirmankan Allah tentang subyek itu. Seseorang tidak dapat hanya mempertimbangkan satu bagian dari firman Allah tanpa mempertimbangkan bagian-bagian lain dari firman Allah yang membicarakan subyek perkara yang sama.
Seseorang harus selalu ingat untuk membedakan Perjanjian Lama dari Perjanjian Baru. 39 kitab Perjanjian Lama berisi dua perjanjian besar dari Allah. Kedua perjanjian itu memberikan pelajaran dan contoh yang bernilai bagi kita tetapi tidak mengikat kita. 27 kitab Perjanjian Baru berisi hukum Allah yang berlaku sekarang ini.
Injil: Hukum kita dari Allah
Dalam segala urusan Allah dengan umat manusia, ada tiga periode dasar meliputi seluruh keberadaan manusia. Dalam setiap periode, ada hukum masing-masing dari Allah yang berlaku.
Pada periode pertama, zaman Bapa-bapa, tidak ada hukum tertulis dari Allah. Dia secara lisan menyatakan kehendak-Nya kepada bapa-bapa (yang darinya muncul istilah “patriakh”). Pada gilirannya, mereka mengajar keluarga mereka, menurunkan hukum dari generasi ke generasi. Abraham adalah salah satu contoh orang yang hidup pada periode ini (Kejadian 18:19). Hukum patriakh ini berlaku bagi semua manusia hingga bani Israel menjadi umat pilihan Allah. Dia memberikan sebuah hukum yang hanya terbatas kepada mereka saja, sementara bangsa-bangsa lain di dunia terus berada di bawah sistem patriakh. Hanya orang Yahudi yang bertanggung jawab kepada hukum yang diberikan kepada mereka melalui Musa. Hukum itu secara beragam disebut sebagai Taurat Musa, Hukum Yahudi, atau Hukum Lama.
Kedua sistem ini tetap berlaku bagi orang-orang yang dimaksudkan hingga Kristus mati di kayu salib. Kematian-Nya mengesahkan kehendak atau perjanjian-Nya, Injil. Ayat-ayat seperti Galatia 3:19; Kolose 2:14; Ibrani 8:13; dan Matius 5:17 menunjukkan bahwa Yesus telah menggenapi Hukum Lama, menghapusnya, supaya menegakkan hukum-Nya yang baru (Roma 7:1-4).
Ibrani 1:1-2 berkata, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.”
Karena kepada-Nya telah diberi segala kuasa (Matius 28:18), maka semua orang sekarang harus bertanggung jawab terhadap hukum yang telah diberikan oleh Kristus, yaitu Injil (lihat Efesus 2:14-16). Di dalamnya Dia telah menyatakan syarat keselamatan manusia. Di dalamnya ada kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Roma 1:16). Injil disahkan oleh kematian-Nya (Ibrani 9:14-17) dan pertama kali diberitakan oleh Petrus dan rasul-rasul lainnya (Kisah Para Rasul 2), Injil harus diberitakan ke seluruh dunia (Markus 16:15) karena semua orang perlu menaatinya.
Mencoba untuk mengikat hal-hal sekarang ini dengan Hukum Lama adalah sebuah kesalahan yang mematikan. Sebagian orang, yang hidup di zaman Perjanjian Baru, yang mencoba untuk melakukannya, ditegur secara tegas (Kisah Para Rasul 15:1-2; Galatia 3:1dst; 5:4).
Untuk memahami apa yang perlu dia lakukan untuk selamat, seseorang harus melihat pada hukum Kristus dan mendengarkan perkataan-Nya, Perjanjian Baru. Seseorang tidak dapat mengajukan banding kepada Hukum Lama untuk mencari syarat-syarat keselamatan. Hukum lama berguna untuk pelajaran (Roma 15:4), tetapi tidak ada orang sekarang ini yang bertanggung jawab terhadap perintah-perintahnya. Hukum lama tidak berisi syarat-syarat keselamatan. Hukum baru, Injil, berisi syarat-syarat keselamatan.
Sampai di sini Anda telah selesai membaca dan mempelajari seluruh "Pelajaran Empat: Keselamatan - Kebutuhan Kita dan Sumbernya" ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelajaran ini secara online, silakan klik link form berikut ini.
Form Ujian

SABDA INJIL