Pelajaran Lima: Mendengar - Iman - Pertobatan - Pengakuan
Pelajaran Lima: Mendengar - Iman - Pertobatan - Pengakuan
Sebelum penciptaan dunia, Allah Bapa telah membuat rencana untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Diri-Nya (Efesus 3:10-11). Dia mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus untuk hidup sebagai manusia dan mati di kayu salib agar rencana itu terlaksana (Yohanes 3:16; Matius 1:21; Efesus 1:7; Ibrani 9:22). Setelah kenaikan-Nya ke surga, Yesus mengutus Roh Kudus untuk menyatakan rencana itu kepada para rasul dan para penulis lainnya yang diilhami. Mereka, dalam tulisannya, memperkenalkan apa yang dituntut Allah untuk dilakukan manusia agar menerima segala berkat yang tersedia melalui pengorbanan Kristus dalam kematian-Nya (Yohanes 16:13; 1 Korintus 2:10-16).
Perlu Anda ketahui, ada dua sisi keselamatan – sisi Allah dan sisi manusia. Karena keselamatan adalah hadiah [pemberian cuma-cuma] dari Allah (Efesus 2:8), maka pasti ada hal-hal yang Tuhan nyatakan di dalam Injil-Nya yang harus dilakukan seseorang untuk menerima hadiah tersebut. Ketika seseorang menaati perintah-perintah itu, maka Allah mengaruniakan hadiah keselamatan kepadanya.
Mendengar
Hal pertama yang harus dilakukan seseorang adalah mendengarkan berita Injil. Ketika rasul Petrus dan para rasul lainnya memberitakan Injil untuk pertama kalinya dalam Kisah Para Rasul 2 (ayat 14-36), orang-orang mendengarkannya dengan penuh perhatian berita Injil yang disampaikan oleh para rasul itu, sebagaimana dikatakan dalam Kisah Para Rasul 2:37 “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Contoh lain seorang yang mendengar Injil adalah sida-sida dari Etiopia (Kisah Para Rasul 8:30-35). Khususnya dalam ayat 35 dinyatakan, “Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya,” yang menunjukkan secara jelas bahwa sida-sida mendengarkan Injil yang diberitakan oleh Filipus.
Seseorang bukan sekedar mendengar, tapi juga memahami arti Injil, yaitu berita tentang kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:1-4). Injil adalah kabar kesukaan bagi semua orang berdosa yang mau taat.
Iman
Dalam Ibrani 11:1 dikatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman adalah keyakinan yang kuat kepada Allah, di mana seseorang yakin bahwa Allah dapat memenuhi segala janji yang telah diucapkan-Nya. Iman memberikan kepada orang percaya keinginan dan ketekunan untuk melayani Tuhan dengan giat dan berjuang untuk memperoleh upah kekal yang dikaruniakan kepada orang yang setia – kehidupan di surga.
Iman penting untuk keselamatan. Ayat-ayat seperti Yohanes 3:16; Ibrani 11:6; Efesus 2:8; dan Roma 5:12 mengatakan demikian. Yesus berkata, “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu” (Yohanes 8:24).
Iman yang demikian tidak datang melalui suatu penglihatan atau wahyu khusus. Seseorang tidak memperolehnya melalui pekerjaan langsung Roh Kudus di hatinya, terpisah dari firman Allah, atau dengan perasaan gembira yang dalam. Iman dihasilkan di dalam hati (pikiran) orang percaya ketika mendengar apa yang dinyatakan firman Allah, Alkitab, tentang Allah dan Kristus dan apa yang telah dilakukan Allah bagi manusia. Roma 10:17 berkata, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Dalam menyatakan tujuannya menulis kisah tentang kehidupan Yesus, rasul Yohanes menunjukkan bagaimana ayat-ayat Alkitab mengembangkan iman ini di dalam hati seseorang. Dia menulis, “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:30-31).
Seseorang harus memiliki iman agar memperoleh kehidupan kekal. Tetapi, sedih memikirkan bahwa banyak orang yang percaya kepada Yesus berhenti di poin iman saja. Mereka telah diajar bahwa itu [iman] saja yang diperlukan dalam kehidupan. Meskipun iman adalah syarat, tapi bukan itu saja.
Selain memiliki iman, jika seseorang ingin memperoleh kehidupan kekal, dia harus menaati segala sesuatu yang diperintahkan Allah di dalam Injil untuk keselamatan jiwanya. Pertimbangkan ayat-ayat Alkitab berikut ini.
Ibrani 5:8-9. “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.”
Matius 7:21. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Yakobus 2:24-26. “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
Manusia tidak memiliki hak apa pun untuk menyatakan hanya satu syarat memperoleh keselamatan, seperti iman, dengan mengesampingkan syarat-syarat wajib lainnya. Semua perintah Allah dalam Injil yang terkait dengan keselamatan adalah sama pentingnya dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Tidak ada satu pun dari antara syarat-syarat itu yang boleh diabaikan jika seseorang jujur mencari keselamatan.
Pertobatan
Orang-orang yang mencari keselamatan juga diperintahkan untuk bertobat. Ketika berada di Atena, saat sedang berbicara oleh inspirasi, rasul Paulus berkata, “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati."
Pertobatan adalah suatu perubahan. W. E. Vine, dalam kamusnya, Expository Dictionary of New Testament Words, mengatakan tentang pertobatan, “Dalam Perjanjian Baru, subyek ini utamanya ditujukan pada pertobatan dari dosa, dan perubahan pikiran ini mencakup berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah” (p. 962).
Ketika seseorang menyesal, dia merasa jijik pada dosa. Mengetahui ketakutan yang ditimbulkan oleh dosa dan tragedi yang disebabkan oleh dosa, dia tidak ingin lagi menjadi hamba dosa tetapi menetapkan diri untuk menjadi hamba kebenaran (Roma 6:17-18). Dia tidak mau lagi hidup untuk mengejar dosa, nafsu duniawi, dan nafsu daging. Sebaliknya dia memutuskan untuk hidup bagi Allah, mencari Dia dan kehendak-Nya lebih utama dalam segala hal (lihat Roma 6:12-14; Matius 6:33).
Seseorang yang bertobat, menaklukkan kehendaknya sendiri dan menghormati kehendak Allah. Sikapnya sama seperti sikap Yesus di dalam Yohanes 6:38, “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Meninggalkan kehendak dan keinginan pribadi dalam perkara rohani, seseorang harus melihat kepada Allah dan berkata, “Tuhan, Engkau telah berfirman dan aku harus menaatinya.”
Pengakuan
Pengakuan juga adalah salah satu syarat untuk memperoleh keselamatan. Roma 10:10 menyatakan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”
Dalam aksi pengakuan, seseorang sungguh-sungguh menyatakan di hadapan manusia keyakinannya yang kuat bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ketika pikiran seseorang menerima semua fakta dan kesaksian tentang Keilahian Yesus, mulutnya mengucapkan imannya ini kepada manusia.
Yesus menekankan pentingnya pengakuan ini di dalam Matius 10:32-33 ketika Dia berkata, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
Peristiwa pertobatan sida-sida dari Etiopia yang ditemukan di dalam Kisah Para Rasul 8 memberikan kepada kita salah satu contoh yang baik tentang pengakuan ini. Setelah mendengarkan Injil yang diberitakan dan mengerti kondisinya yang penuh dosa, orang Etiopia itu ingin dibaptis (Baptisan akan dibicarakan nanti dalam pelajaran berikutnya). Si penginjil Filipus mengatakan kepadanya bahwa jika dia percaya, dia dapat dibaptis. Lalu sida-sida itu mengaku imannya dengan berkata, “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah” (Kisah Para Rasul 8:37).
Seseorang yang sunguh-sungguh percaya apa yang diajarkan Alkitab tentang Yesus dan sampai kepada kesimpulan bahwa Dia adalah Anak Allah, harus mengizinkan keyakinan itu untuk mendorongnya membuat pengakuan yang sama.
Sampai di sini Anda telah selesai membaca dan mempelajari seluruh "Pelajaran Lima: Mendengar - Iman - Pertobatan - Pengakuan" ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelajaran ini secara online, silakan klik link form berikut ini.
Form Ujian

SABDA INJIL