Pelajaran Satu: Realitas Allah


LAMAN UTAMA | PEL. 2

Pendahuluan


Dalam kursus ini Anda akan belajar tentang Allah Bapa dan Yesus Kristus, Anak Allah, dan apa yang Mereka kehendaki untuk Anda lakukan agar Anda memperoleh keselamatan kekal. Meskipun keselamatan adalah urusan pribadi (Filipi 2:12), kita dapat saling tolong-menolong untuk mencari Kebenaran yang memerdekakan seseorang dari dosa (Yohanes 8:32) dan dari hukuman yang akan datang, yaitu maut (Roma 6:23). Salah satu contohnya terdapat dalam kitab Kisah Para Rasul. Seorang sida-sida dari Etiopia belajar tentang keselamatan ketika Filipus membimbingnya kepada Kebenaran Injil (Kisah Para Rasul 8:26-40).



Satu-satunya keinginan kami dalam menawarkan pelajaran ini kepada Anda adalah supaya Anda dapat memiliki pengetahuan akan kebenaran yang menyelamatkan jiwa. Allah juga memiliki keinginan yang sama kepada Anda. Kitab 2 Petrus 3:9, yang berbicara tentang Allah, berkata, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Saat Anda mempelajari setiap pelajaran, bukalah Alkitab Anda untuk meneguhkan setiap gagasan yang disajikan. Bukalah setiap ayat Kitab Suci yang dikutip dalam pelajaran dan bacalah dengan seksama sesuai konteksnya.

Setelah menyelesaikan setiap pelajaran, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pelajaran itu dan serahkan kepada kami untuk diperiksa dan dinilai. Setelah itu, kami akan segera mengembalikannya kepada Anda beserta dengan koreksi dan penjelasannya. Kursus ini terdiri dari tujuh pelajaran dan ada SERTIFIKAT PENGHARGAANnya. Kursus in GRATIS! Kami berharap kursus ini akan menyenangkan dan memberikan banyak informasi kepada Anda. Kami senang dapat melayani Anda melalui kursus ini.

Selamat belajar!


Pelajaran Satu: Realitas Allah



Pertanyaan “Apakah Allah itu ada?” menantang setiap orang. Realitas Allah, apakah Dia ada atau tidak, adalah subyek yang paling penting yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang. Menyangkal keberadaan Allah, pada dasarnya, menyangkal realitas alam semesta dan kehidupan. Mengakuinya berarti mengakui Dia sebagai yang terbesar dalam segala realitas.

Hanya ada dua sumber bagi seseorang untuk mencari informasi yang memberi kesaksian tentang keberadaan Allah. Yang pertama adalah alam semesta, ciptaan-Nya. Yang kedua adalah Alkitab, wahyu-Nya.

Alam Semesta

Tidak ada orang waras yang akan membantah realitas alam semesta ini. Tanpa bayang-bayang keraguan, alam semesta ada. Sebuah fakta yang dapat diterima adalah “tidak ada sesuatu apa pun yang berasal dari yang tidak ada” atau “sesuatu tidak dapat berasal dari yang tidak ada.” Setiap akibat pasti ada sebabnya. Semua ilmuwan, bahkan termasuk mereka yang ateis, sependapat bahwa prinsip ini benar adanya. Jadi, sesuatu pasti sudah ada sebelum alam semesta ini ada. Sesuatu itu pastilah kekal.

Hanya ada dua hal yang kekal: benda atau entitas yang cerdas. Para penganut paham evolusi dan ateis percaya bahwa benda itu kekal dan kehidupan berasal dari benda mati melalui generasi spontan [makhluk hidup terbentuk dengan sendirinya secara spontan]. Orang-orang yang percaya kepada Allah mempertimbangkan kecerdasan, dalam bentuk Allah yang Mahabijak, yang kekal. Mereka mengklaim bahwa Allah adalah asal-usul, yang merancang, dan yang menciptakan alam semesta dan segala sesuatu yang ada dan hidup di dalamnya. Kita harus menentukan pandangan mana yang benar.

Entitas yang cerdas, bukan benda, itu kekal dapat didemonstrasikan lebih masuk akal di antara keduanya dengan menguji fakta-fakta yang ada. Ketika membandingkan pikiran atau entitas yang cerdas dengan benda, maka nyata pikiran lebih unggul. Pikiran mengetahui sedangkan benda adalah obyek yang diketahui. Pikiran menggerakkan, mengarahkan dan mengubah benda. Benda tidak kekal namun dapat diubah menjadi energi dan segera lenyap sebagai benda.

Pertimbangkan juga tanda-tanda adanya tujuan dan rancangan di alam semesta. Alam semesta yang sangat luas ini, organ terkecil dalam tubuh manusia, sel terkecil dalam organisme yang hidup, dan bahkan ukuran atom yang kecil, semuanya menunjukkan adanya tujuan dan rancangan. Pertanyaan kita: “Dapatkah semua tujuan dan rancangan itu terjadi secara kebetulan?” Penganut ateis menginginkan kita percaya bahwa segala sesuatu menjadi ada oleh keberuntungan buta dan secara kebetulan saja. Prinsip lain yang masuk akal adalah: “Suatu rancangan membuktikan adanya seorang perancang.” Tujuan menunjukkan adanya rencana. Alam semesta menceritakan keberadaan kecerdasan yang menjadikannya ada. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mazmur 19:2; lih. Roma 1:18-22). Orang “bebal” menolak bukti (Mazmur 14:1).

Alkitab

Karena keberadaan dan kehendak Allah adalah bagian dari wahyu Ilahi (1 Korintus 1:21), maka Alkitab tidak membantah keberadaan Allah. Malah, Alkitab menyatakannya sebagai fakta di ayatnya yang paling awal (Kejadian 1:1). Tetapi, iman seseorang janganlah buta. Karena iman harus memiliki arti dan keabsahan, makai man harus didasarkan pada bukti yang benar dan meyakinkan, yang secara jujur dan terbuka dipertimbangkan. Namun tetap saja ada batasan terhadap bukti.

Keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan secara empiris [langsung], yakni keberadaan-Nya tidak dapat dibuktikan dengan menggunakan panca indra. Hal itu seharusnya tidak mengejutkan atau mengecilkan hati Anda. Faktanya, banyak realitas tidak dapat dibuktikan secara empiris. Di antaranya seperti keindahan, kasih, dll., semuanya nyata tetapi, sama halnya seperti iman, tidak dapat dibuktikan dengan metode empiris. Dari definisinya, iman adalah “bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Kita memang tidak dapat melihat Allah atau meraba-Nya tetapi kita dapat mengetahui bahwa Dia ada melalui ciptaan-Nya dan firman-Nya, Alkitab, yang di dalamnya Dia telah menyatakan diri-Nya sendiri dan kehendak-Nya kepada umat manusia. Kita harus percaya kepada-Nya (Ibrani 11:6) dan kebenaran firman-Nya (Yohanes 17:17) agar berkenan kepada-Nya dan hidup bersama-Nya selama-lamanya.

Saat Anda mulai belajar, Anda harus mempertimbangkan semua bukti tentang keberadaan Allah dengan jujur. Ketika Anda melakukan demikian, kami percaya Anda akan menyimpulkan bahwa ada Allah yang “di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kisah Para Rasul 17:28). Jika Anda mau percaya kepada-Nya dan menaati kehendak-Nya, maka Dia akan mengaruniakan kehidupan yang kekal kepada Anda.

Sampai di sini Anda telah selesai membaca dan mempelajari seluruh "Pelajaran Satu: Realitas Allah" ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelajaran ini secara online, silakan klik link form berikut ini.


Form Ujian


SABDA INJIL

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Pengikut